Menanti adalah hal yang menjemuhkan untuk sebagian orang, apalagi menanti sesuatu yang dengan waktu yang sangat amat panjang. Menanti sebuah anak, menanti dapatnya kerjaan dan menanti datangnya jodoh. hahhh... kadang sungguh amat melelahkan... Capek... pek... pekkk, lelah... lah... lah...
Yang belum dapat kerjaan pasti akan merasa sebagai manusia bodoh yang tak berguna, padahal ijazah S1 aja sudah ditangan...kerja disini gak betah, kerja disana gak cocok, ngelamar disini gak diterima, disana gak diterima... Hiks... belum lagi harus diomel-omelin orang tua. Wuaaaa.... kurang apa coba??? doa sudah... usaha juga sudah... Kurang apalagi coba???
Setelah kerjaan dapat, level berikutnya adalah menanti datangnya jodoh. sebuah fase kehidupan yang harus dilalui. Ada sebuah cerita, seorang wanita yang tidak menganut aliran "Pacaranisme" pernah meminta pada guru ngajinya untuk dicarikan teman pendamping. Tapi proses tersebut batal, berdasarkan pemahannya yang dilihat pada realita yang ada, seorang binaan (kader dakwa) ketika minta dicarikan sang Murrabi, orang tersebut akan tsiqoh (percaya). Selagi permasalahan itu bukan permasalahan yang prinsip, pantang untuk menolak atau ditolak. Kemudian si wanita ini bilang, "ya sudahlah... laki-laki itu bukan yang terbaik untukku"... lalu ia melangkahkan kakinya menuju arah yang sudah ditentukan olehNya.
Yang sudah menikah, pasti akan ditanya-tanya kapan punya anaknya?, belum lagi ada perasaan takut ditinggal suami dan masih banyak segudang permasalahan hidup yang akan menimpa kita. So... sanggupkah kita melalui ujian hidup ini???
Banyak orang cita-citanya pengen masuk SURGA, tapi banyak yang gak kuat menapaki jalannya. kebanyakan kita Tidak punya Nyali untuk memilih jalan yang gak enak karena Orientasinya adalah Materi !. Allah akan meminta pertanggung jawaban atas apa yang sudah kita lakukan, Yakin... nih... Orientasinya bukan Materi??? yakin... pengen masuk SYURGA???... Yuk... kita buktikan sekuat tenaga dalam kehidupan kita masing-masing :))
Apakah kita akan menjadi manusia yang Cengeng atau akan menjadi manusia yang Tangguh ?
Apakah kita cukup BERSABAR dalam menghadapi Ujian ini ??? yakin sudah SABAR ???
atau kita sudah cukup IKHLAS menerima kenyataan hidup ini ???
Semoga Allah senantiasa membimbing setiap langkah kaki kita agar kelak Syurga tersebut bisa kita tempati bersama. Wa'allahu 'alam bishoab
Setelah kerjaan dapat, level berikutnya adalah menanti datangnya jodoh. sebuah fase kehidupan yang harus dilalui. Ada sebuah cerita, seorang wanita yang tidak menganut aliran "Pacaranisme" pernah meminta pada guru ngajinya untuk dicarikan teman pendamping. Tapi proses tersebut batal, berdasarkan pemahannya yang dilihat pada realita yang ada, seorang binaan (kader dakwa) ketika minta dicarikan sang Murrabi, orang tersebut akan tsiqoh (percaya). Selagi permasalahan itu bukan permasalahan yang prinsip, pantang untuk menolak atau ditolak. Kemudian si wanita ini bilang, "ya sudahlah... laki-laki itu bukan yang terbaik untukku"... lalu ia melangkahkan kakinya menuju arah yang sudah ditentukan olehNya.
Yang sudah menikah, pasti akan ditanya-tanya kapan punya anaknya?, belum lagi ada perasaan takut ditinggal suami dan masih banyak segudang permasalahan hidup yang akan menimpa kita. So... sanggupkah kita melalui ujian hidup ini???
Banyak orang cita-citanya pengen masuk SURGA, tapi banyak yang gak kuat menapaki jalannya. kebanyakan kita Tidak punya Nyali untuk memilih jalan yang gak enak karena Orientasinya adalah Materi !. Allah akan meminta pertanggung jawaban atas apa yang sudah kita lakukan, Yakin... nih... Orientasinya bukan Materi??? yakin... pengen masuk SYURGA???... Yuk... kita buktikan sekuat tenaga dalam kehidupan kita masing-masing :))
Apakah kita akan menjadi manusia yang Cengeng atau akan menjadi manusia yang Tangguh ?
Apakah kita cukup BERSABAR dalam menghadapi Ujian ini ??? yakin sudah SABAR ???
atau kita sudah cukup IKHLAS menerima kenyataan hidup ini ???
Semoga Allah senantiasa membimbing setiap langkah kaki kita agar kelak Syurga tersebut bisa kita tempati bersama. Wa'allahu 'alam bishoab