Datang padaku seorang anak laki-laki berusia 15 tahun, ia menceritakan kegembiraannya karena semalam adalah ulang tahun ibunya. Aku sayang mama... Aku ingin membelikan kado untuknya dan akan kuselipkan sepucuk surat cinta ini. Sebuah kado terindah atas laporan hasil belajarku selama di sekolah. ujar kalimat tulus itu dari hatinya.
Si anak banting tulang belajar agar bisa membanggakan kedua orang tuanya, ketika pembagian raport sang ayah atau sang ibu tak datang ke sekolah. Sibuk dengan urusannya senidri, sibuk kondangan, sibuk arisan, sibuk kerjaan di kantor dan masih banyak kesibukan-kesibukan yang justru membuat motivasi anak menurun. Lalu kemana Ayah mereka???, Ayah kamipun tak kalah sibuknya mencari nafkah buat keluarga ini, buka cabang usaha, bahkan untuk mengajak solat di masjid saja tidak pernah Ayah lakukan padaku apalagi ngambil rapot yang harus memerlukan waktu banyak. Bahkan terkadang ayah suka memukulku kalau aku berantem sama adik.
Kehidupan kami semakin lama semakin memburuk. Sebelumnya kehidupan perekonomian keluarga ini pas-pasan, hingga akhirnya kami hidup dengan bergelimangan harta dan sekarang kembali jatuh. Aku malu untuk menceritakan aib yang dilakukan Ayahku, tapi aku tak tahan jika harus menanggung beban ini sendiri, "aku Stres, stress streessssss" !. Ia menangis menahan pedihnya, Aku benci Ayah !. Aku benci karena Ayah telah selingkuh dengan seorang pembantu di rumahku. Aku malu, aku malu... isak tangisnya meluluh lantahkan sejuta kebaikan yang dilakukan Ayahnya. Seorang ayah yang selama ini menjadi seorang panutan, ternyata tak ubahnya sebagai seorang binatang !.
Aku rindu... rindu masa-masa Indah bersma Ayah dan Ibu
Dulu... ayah suka ngajak aku solat berjama'ah dimasjid
Dulu... aku senang dibuatkan sarapan pagi oleh ibu...
Tapi sekarang sudah tidak ada lagi...
Sekarang tinggal aku yang mengurus ke 3 orang adik, Entah bagaimana kehidupan kami berempat. Ibu harus menjalankan rehabilitasi karena gangguan jiwa dan Ayah pergi bersama pembantu selingkuhannya.
Namun kehidupan ini harus tetap berjalan. sebagai kakak laki-laki pertama, sebelum sekolah aku mengantarkan goreng pisang ke warung-warung, demi membeli susu buat adik bayi kami yang terakhir. Adik ke 2 ku, setiap pulang sekolah mejadi buruh cuci piring di warung nasi dekat rumah, sedangkan yang ketiga menjaga adik kami yang masih bayi. Yang jelas aku dan adik-adik tetap harus menyelesaikan pendidikan ini sampai selesai.
---Bersambung---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar